Menurut informasi yang saya dengar, di Sidoarjo terdapat enam buah candi. Saya sebagai orang Sidoarjo yang sudah 21 tahun tinggal di sini, jujur belum pernah mengunjungi candi-candi tersebut. Memalukan memang, hehehe. Amazing banget kota kecil yang aslinya luas dan kini sebagian di penuhi lumpur lapindo ternyata memiliki beberapa candi yang orang Sidoarjo sendiri belum tentu mengetahuinya.
Candi pertama adalah Candi Dermo, terletak di Desa Candi Negoro, Kec. Wonoayu, Sidoarjo. Waktu itu saya heran ketika tahu bahwa candi tersebut berada di tengah perkampungan penduduk. Tempatnya tidak luas, hanya 15x15 meter, berpagar kawat (kawatnya difungsikan untuk jemuran pula), dan bersebelahan dengan makam. Tidak ada uang retribusi yang dikenakan untuk pengunjung. Candi ini tersusun atas bata merah setinggi 13, 50 m dengan panjang dan lebarnya masing-masing 10,84 m dan 10,77 m. Sisa lahan yang ada ditanami rumput dan beberapa bunga, sekaligus menandakan tempat ini masih terawatt. Sampai saat ini belum dapat diketahui kapan dan oleh siapa candi ini dibangun. Namun, diperkirakan berasal dari abad ke-14 M.
Candi kedua ternyata berbeda dari Candi Dermo. Candi ini hanya berupa tumpukan bata merah. Namanya Candi Medalem. Candi yang ditemukan tahun 1992 oleh Pak Tamaji ini diperkirakan sebagai tempat pembakaran atau mungkin fondasi candi. Tidak ada data pasti mengenai hal ini. Menurut informasi lagi, tataan batu bata merah ini memanjang sampai puluhan meter. Hanya saja kini bata-bata itu sudah terkubur di bahawa pohon-pohon pisang dan rumah penduduk. Nasib candi ini sungguh tragis karena tidak terawat dengan baik. Meski sempat ramai sejak candi ini ditemukan, kini candi ini terlantar tanpa penjaga dan tanpa pengunjung. Kini hanya satu dua orang saja yang datang ke sana, tidak untuk melihat candi, tetapi untuk mengambil air yang dianggap ajaib dari sumur tua di dekat candi. Pengunjung yang datang sebaiknya aktif bertanya kepada penduduk sekitar agar memperoleh informasi karena tidak ada papan informasi si situ. Bahkan papan larangan untuk tidak merusak situs pun sudah rusak dan berkarat.
Selanjutnya kompleks Candi Pari dan Candi Sumur yang lumayan terkenal. Letaknya di Dusun Candi Pari Wetan Kecamatan Porong, Sidoarjo. Halaman/ taman candi ini lumayan luas dan tertata apik dengan rumput dan bebungaan. Masih sama seperti candi-candi sebelumnya, candi ini disusun dari bata merah. Badan candi ini memiliki panjang dan lebar 7,80 m dan tinggi 6,30 m dengan atap menyatu dan dihuni beberapa kelelawar.
Berbeda dengan Candi Pari, Candi Sumur yang berada 50 meter di dekatnya tampak tidak terlalu terawat meskipun masih bagus. Candi Sumur ini memiliki panjang 8 m, lebar 8 m, dan tinggi 10 m dan keberadaannya dihubungkan dengan Candi Pari.
Kedua candi tersebut diperkirakan dibangun pada abad ke-14 M, semasa dengan pemerintahan Hayam Wuruk di Majapahit. Selain itu kedua candi dianggap sebagai simbol kemakmuran Kerajaan Jenggolo (sekarang Sidoarjo) pada masa itu. Bahkan, Jenggolo disebut-sebut sebagai lumbung pangan untuk Majapahit. Pengunjung bisa dengan puas membaca sejarah candi yang tertulis di papan informasi.
Candi berikutnya lebih tragis lagi. Sebut saja Candi Pamotan, terketak di Desa Pamotan kecamatan Porong. Lebar pintu masuk area candi hanya satu meter. Di sebelah kiri jalan ada kebun pisang dan kandang bebek yang hanya dipisahkan dengan pagar kayu. Candinya sendiri hanya berupa tumpukan bata merah karena atap dan badan candi sudah runtuh. Jika musim hujan, area candi ini akan tergenang hamper satu meter karena bangunannya yang menjorok ke bawah. Candi ini belum bisa dikatakan sebagai peninggalan kerajaan Majapahit meskipun tercatat bahwa candi ini berada di Negara daerah penting pada zaman Majapahit.
Kunjungi Candi-candi lainnya di sidoarjo...
Kunjungi Candi-candi lainnya di sidoarjo...
masih banyak non candi di kota sidoarjo,contohya candi pari di porong letaknya sekitar 1 km ke barat dari jln raya porong
BalasHapusCandi Pari,.,??
HapusYang ada pemandiannya juga itu kah..??!